Senin, 27 Januari 2014

[Review] First Love Dilemma by Pricillia A.W.

First Love Dilemma

Judul: First Love Dilemma
Penulis: Pricillia A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 1, Februari 2011
Tebal: 256 halaman
Dikasih sama Kak @dinoynovita. Thank yoooouu :*

Sejak kematian mamanya dan kepergian cinta pertamanya, hidup Azura terpuruk. Azura yang periang berubah menjadi gadis pendiam. Namun, pertemuannya dengan Tristan membuat hidup Azura kembali berwarna. Gadis itu mulai berani membuka hatinya, dan pelan-pelan mampu membalut luka lama yang awalnya tidak pernah disentuhnya.

Tetapi, ketika Azura mulai berani menata masa depan dengan Tristan, masa lalu seolah tak bisa melepaskannya. Azura bertemu kembali dengan cinta pertamanya, yang ternyata adalah adik Tristan. 

Manakah yang akan dipilih Azura, melanjutkan cinta masa lalunya atau merajut cinta baru?
Sebenernya rada ragu mau baca teenlit lagi. Secara eiyke udah ngerasa tua deh untuk baca cinta-cintaan ala anak remaja (kecuali teenlit-nya Meg Cabot :p) Tapiiiiii... berhubung ini dikasih sama Kak Dini karena saya iseng ikutan tebak-tebakan di blognya, jadi saya nerima aja. Lumayan nambah-nambah bacaan :D Makasih ya, Kak Dini :)

Dari baca blurb di belakangnya aja udah bisa ditebak, sih. Kisah antara Azura dan Tristan, yang ternyata Tristan itu adalah kakaknya Joshia, cinta pertamanya Azura. Tristan dan Joshia itu meski adik kakak, tapi saling sebel. Dan ceritanya cuma sekitaran cinta-cintaan mereka aja gitu. Ga ada cerita tentang teman-temannya. Emang sih diceritain kalau Azura, yang baru pindah sekolah, ga suka sama teman-teman sekolahnya. Helloooooww, anak baru 3,5 bulan di sana udah punya pikiran negatif aja. Mungkin karena Azura-nya yang ga minat berteman kali, ya. Jadi keliatannya teman-teman sekolahnya menyebalkan. Dan rasanya hidup itu sempit kalau pikiran lo cuma buat cowok doang. Idih *esmosi :p

Baca buku ini datar-datar aja, ga ada emosi yang turut serta. Bahkan saya sempet baca cepat dibeberapa bagian. Konflik antara Tristan dan Joshia kekanakan banget. Dan gara-gara cewek, namanya Gwen, teman masa kecil mereka berdua. Haduh, masih kecil kok pikirannya udah cinta-cintaan mulu, sih *geleng-geleng kepala* Ga habis pikir, deh. Gongnya adalah, Tristan memberikan ginjalnya kepada Joshia yang kecelakaan. Padahal fisik Tristan lemah. Dan saat Tristan ngedonorin ginjalnya, orang tua Tristan nggak tau, sampe 2,5 tahun kemudian *tepok jidat* kooookk bisaaaaa??? Kenapa dokternya ngebiarin anak remaja seenak udelnya bikin keputusan yang membahayakan dirinya sendiri gitu??

Oh, ya, saya juga menemukan satu kata kasar yang diulang dua kali di buku ini, yaitu kata 'bolot'. Menurut saya, itu kasar loh, meski niatnya mungkin untuk bercanda. Apalagi kata itu digunakan Azura saat ngomong ke Papanya.
"Kan tadi aku udah bilang, aku tuh nggak nafsu! Papa bolot deh pagi-pagi begini" (hlm. 186)
Coba bayangkan, seorang anak ngomong gitu ke orang tuanya, kalau saya mungkin udah diusir dari rumah kalau ngomong kata kasar kayak gitu.
Sata kata 'bolot' lagi digunakan Tristan untuk mengacu ke Azura:
"Iya, iya, aku denger kok! Aku tuh nggak bolot kayak kamu, kali!" (hlm. 59)
Menurut saya, lebih baik penggunaan kata 'bolot' tersebut dihilangkan aja, atau mungkin bisa diganti dengan kata kasar yang lebih halus (?) tapi kayaknya ga ada kata kasar yang halus, jadi lebih baik dihilangkan saja.

Selain itu, terlalu banyak penggunaan tanda seru. Jadi kesannya ngasih perintah dan marah-marah terus.

Kesimpulan: Hidup terlalu indah kalau urusan lo cuma sekitar cinta-cintaan doang. Go outside, main sama temen-temen, nikmati hidup, traveling, kumpul sama keluarga, ketawa-ketiwi, dan tentu saja ingat untuk selalu beribadah kepada-Nya. Eh ini kesimpulan saya, bukan intisari dari buku ini :nyengir:

Stars: 1,5 of 5 
(maaf ya, Pricil, saya tau kamu bisa bikin tulisan yang lebih bagus daripada ini. Tetap semangat menulis. Dan jangan menyerah karena review asal dari saya ini. Ambil saran-saran yang diberikan, dan teruslah menulis. Semangat!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar