Senin, 05 Mei 2014

[Review] Yummy Tummy Marriage by Nurilla Iryani

Yummy Tummy Marriage

Judul: Yummy Tummy Marriage
Penulis: Nurilla Iryani
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun: 2014

Meski pesta pernikahanku jauh sekali dari impianku, tetapi kebahagiaanku enggak berkurang sedikit pun karena aku sudah resmi menikah dengan seorang pria yang membuatku jatuh cinta setiap hari selama tiga tahun terakhir ini, Bara Wiryawan. Yes Darling, let me tell you this: When you marry the one you love, everything is perfect.

But now I know, Bara is not perfect enough, dan terutama sama kliennya yang demanding banget. Argh!

—Gina


Gila, gue enggak pernah menyangka rangkaian acara pernikahan bisa bikin badan gue pegel-pegel. Harusnya jasa pijet masuk ke dalam paket pernikahan yang ditawarkan Wedding Organizer gue. But hey, gue tetep seneng banget karena wanita yang selama ini gue cintai akhirnya resmi jadi istri gue. Gina Anjani, you’re all mine now!

Until I know, tiga tahun ternyata enggak cukup buat gue mengenal Gina dan semua rahasia besarnya. Sigh!

—Bara
Yaay! Akhirnya punya dan udah baca buku ini. Secara saya kan suka banget sama cerita-cerita tentang pernikahan begini, jadi sejak akun @bentangpustaka ngegembor-gemborin tentang buku ini, saya langsung mencatat buku ini ke dalam must-have book of the year *halah* So, akhirnya ngebela-belain ke toko buku *padahal emang pengen maen* khusus untuk beli buku ini.

Cerita dari kavernya dulu, deh. Saya ga nyangka kalau buku ini punya double-cover, itu loh kalau kaver pertama di buka, masih ada kaver di belakangnya. Nah, di yang bagian love itu ternyata bolong, jadi tulisan judul bukunya ada di kaver kedua. Suka, sih, tapi sayangnya *kalau menurut saya* kaver keduanya terlalu kosong, cuma ada tulisan "Yummy Tummy Marriage" sama sedikit gambar berlian gitu. Ga maksimal. Padahal saya berharap kalau punya 2 kaver, seenggaknya dua-duanya digunakan dengan sebaik-baiknya. Kalau kaver kedua kosong mah mending ga usah ada double-cover. Satu kaver aja cukup, kok. Toh biaya akan lebih murah *sotoy* *ditimpuk buku sama penerbit*

Lanjut ke cerita. Sudut pandang yang digunakan oleh penulis adalah POV 1, masing-masing dari sisi Gina dan Bara. Kebayang kan serunya? Iya, emang seru. Tapi suka terkecoh aja kalau nggak sempet ngeliat ini yang ngomong siapa. Apalagi di bab-bab terakhir, sepertinya penulis mulai agak lieur juga. Seperti di halaman 256, saat itu penulis sedang memakai POV Bara (yang menunjuk dirinya sebagai 'gue'): ...semprot Gina saat ibuku sedang ke kamar mandi. Nah, kan. Dan menurut saya, POV Gina dan Bara ini serupa. Kadang saya nggak bisa ngebedain siapa yang lagi ngomong (kalau ga liat petunjuk POV-nya) karena gaya bahasa mereka sama aja. Bara jadi keliatan lebih feminin, meski penulis pake kata penunjuk 'gue' untuk Bara. Sebenarnya saya suka dengan 2 POV ini, jadi kita (para perempuan) seenggaknya tau lah pikiran cowo itu gimana. Meski ga semua pikiran sama, ya. Tapi seenggaknya bisa ngasih gambaran gimana, sih, untuk kehidupan setelah pernikahan.

Tentang profesi: sebenernya saya masih belum ngerti dengan pekerjaan mereka berdua. Oke, Bara memang dikasih tau kalau dia adalah IT consultant *eh iya kan, ya? Tapi Gina? Saya ga menemukan clue apapun tentang pekerjaannya. Apa saya yang kurang teliti? Terus yang katanya Gina seorang fashion blogger terkenal, rasanya memang masih bisa dieksplor, kurang aja gitu rasanya. Meski deskripsi Bara tentang fashion blogger bikin pengen ngakak, jadi mungkin itu pikiran cowo tentang segala hal yang berhubungan dengan fashion cewe, ya.

Konflik: Datar. Paling yang bikin geregetan karena Gina itu shopaholic dan ngeyel banget pas dikasih tau. Udah itu aja. Selebihnya konfliknya biasa aja. Tentang Elsa, mantan pacar Bara, udah bisa ditebak sih endingnya gimana. Tapi jadi ngasih sedikit bumbu-bumbu di kehidupan mereka. Dan yang saya heran, sebelumnya kan Bara sama Gina udah pacaran cukup lama ya sebelum akhirnya menikah, tapi kok anehnya Gina nggak tau kalau Elsa itu mantan pacar Bara?

Tentang resep-resep yang bertebaran di dalam buku: nggak masalah, sih, karena saya juga suka masak, jadi ya siapa tau ntar malah berguna XD

Over all, novel ini layak dan seru untuk dibaca. Gaya bahasa yang dipakai oleh penulis ringan, nggak njelimet, dan bikin pengen ketawa dengan kelakuan Gina dan Bara. Oh, dan jangan lupakan adegan-adegan romantis Gina dan Bara. Ehm, bukan adegan 'ranjang', ya XD tapi perhatian-perhatian kecil yang bikin hati menjadi hangat. Misalnya saat Gina ngasih mug hitam yang kalau kena air panas akan luntur dan di badan mug-nya ada tulisan. Ih, lucu banget. Beli di mana, ya? XD terus saat Bara berusaha untuk masak pagi-pagi demi ngasih kejutan ke Gina. Oooohh *meleleh* padahal Gina-nya sedikit ngamuk gara-gara dapurnya berantakan.

Ah, ya, saya jadi ingat tentang mug. Di buku ini 'mug' ditulis sebagai 'mok'. Ohalah?! Itu bahasa baku, kah? Tapi nggak enak aja gitu bacanya. Saya, sih, lebih prefer untuk tetep ditulis sebagai 'mug' bukan 'mok'.

Saya jadi pengen baca tulisannya Mbak Nurilla Iryani yang lain. Hehe. Suka sama gaya penceritaannya. Semoga review sotoy saya ini bisa jadi masukan untuk tulisan Mba Nurilla supaya lebih baik lagi, ya *hugs*

Stars: 4 of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar