Selasa, 18 Maret 2014

[Review] Pink Project by Retni SB

Pink Project

Judul: Pink Project
Penulis: Retni SB
Tahun terbit: 2009
Tebal: 264 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.

Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.

Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?
Haloooo! Sudah lama ga ngereview buku, jadi mari kita mulai lagi *geretekin jari*
Buku ini aku pinjam dari seorang teman baru, emang lagi nyari buku bacaan, sih, jadi apapun yang dikasih akan segera dilahap. Hihii :D dan emang penasaran, sih, sama tulisan Mbak Retni ini. Jadi memang kebetulan.
Kavernya eye catching banget! Pink! Sesuai judulnya. Bikin saya yang pecinta warna pink ini semakin penasaran sama bukunya :D
Soooo, pertama kali baca, saya sedikit heran. Ini tokohnya umur berapa tahun ya? Rasanya kok gaya penceritaannya kayak anak remaja (karena pake POV 1). Heboh-heboh gimana gitu. Eh, ternyata si tokoh (Puti Ranin) umurnya sekitar 27 tahunan. Yang bikin ga enak, ya karena gaya ceritanya mirip teenlit. Tapi kalau nggak merasa terganggu sama itu sih ga masalah. Saya sedikit terganggu tapi ga banyak, masih tetep bisa nikmatin ceritanya.
Para tokoh diceritain dengan sangat jelas. Bisa ngebayangin giman Sangga, Pring, Ina, Niko. Tapi yang masih belum kebayang, ya, Puti itu sendiri. Karena kan dia yang nyeritain. Saya suka dengan Imo, adiknya Puti. Kocak! Bawa angin segar di novel ini dengan tingkah lakunya yang ajaib.
Awalnya, saya kira Pring dan Sangga itu ternyata satu tokoh. Ternyata nggak, ya. Hehehe. Penasaran banget sama akhirnya. Inilah yang membuat saya ga bisa nyimpen buku ini lama-lama. Bawaannya pengen langsung baca aja sampai habis.

Dan saya sukses kepengen punya toko buku juga, sama kayak Puti dan Ina. AAAA! Lagi-lagi yang sukses bikin mupeng adalah setting di Yogya. Secara saya belum pernah ke Yogya, terus baca tentang Yogya di novel ini. Apalagi cerita tentang Puti yang dibawa Sangga ke desa untuk makan siang. Uuumm kayaknya seru banget. Dan satu pertanyaan saya, penginapan Puti di Yogya sana beneran ada ga ya? Jadi pengen nginep di sana, euy :D

Ada beberapa typo, sih, tapi ga terlalu kentara. Ada satu yang paling saya inget *lupa di halaman berapa karena ga bawa bukunya* saat itu harusnya mereka lagi ngomongin Pring, tapi penulis salah ketik dengan menuliskan nama 'Sangga'. Itu aja, sih.

Stars: 3,2 of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar